Bebek Plengkung : Juara Bebek Selatan

 
 





 
Halo, saya kemarin baru saja menjelajah daerah selatan. Yah maklum waktu itu sedang mencari suasana baru. Saya sedikit penat dengan suasana kota yang ramai. Ketika saya melintas di daerah Pelemsewu di Jl. Parangtritis saya menemukan sebuah restoran yang kelihatannya cukup besar. Bebek Plengkung Resto. Wah kebetulan waktu itu saya sedang bingung mau makan apa, sebelumnya saya hendak singgah di Harjo Geno di Prawirotaman tapi ternyata saya menemukan alternatif yang lebih menarik, saya kepengen makan bebek malam ini!

Sebelumnya saya bukan tipe orang yang takut mencoba suatu tempat makan. Buat saya sih gampang, kalau enak berarti kita lagi untung dan wajib merekomendasikan ke orang lain, kalau nggak enak ya lagi apes dan jangan balik lagi hihihi. Untungnya kali ini saya dan anda yang sedang baca blog ini beruntung. Saya mau bercerita atau lebih tepatnya membuat anda sedikit ngiler sama resto satu ini. Bebek Plengkung Resto

Waktu saya masuk, suasana Resto juga nggak begitu rame sih, cuma ada beberapa pengunjung. Saya langsung cari tempat duduk. Kemudian ada waiter datang dan sebelum saya sempat ngomong, dia menawari saya

“Mas, kalau mau di belakang masih ada tempat lho, lebih sejuk”

Ouch. Ini waiter tahu aja saya lagi kepanasan. Emang beberapa hari ini cuaca Jogja memang nggak jauh beda sama pacar yang lagi cemburu. Panas banget. Tanpa berpikir lama alternatif tadi saya ambil, saya berdiri dan mengikuti waiter tadi. Saya melewati dapur dan melihat penampakan … Yum! Bebek Peking? Wah wah wah.. saya kira ini cuma restoran yang menyajikan Bebek seperti Bebek Bengil atau Bebek Tepi Sawah, otak saya langsung memberi perintah.

“Pesan bebek pekingnya!”

Saya dibawa menuju belakang resto, sebelumnya saya juga melewati bar. Ya bar, ternyata Bebek Plengkung juga punya bar. Sampai akhirnya saya sampai di bagian belakang, tepatnya outdoor. Astaga ini terlalu romantis dan sejuk sih tempatnya. Ternyata Bebek Plengkung ini punya 3 tempat dengan suasana yang beda. Menurut saya yang depan tadi lebih cocok untuk family, yang tengah mungkin yang ingin “chill out” di bar, mendengarkan lantunan musik dari band, karena saya tadi sempat melihat beberapa alat musik di restoran bagian tengah yang ada barnya, dan kemudian bagian belakang ini untuk anda yang ingin menikmati suasana desa , dan romantis. Aduh, saya jadi menyesal tidak membawa pasangan kesini. Hahaha.

Menu sudah di tangan, saya dan teman-teman memutuskan untuk memesan Bebek Peking 1/4 pax, Roasted Chicken 1/2 pax dan Nasi Goreng Bebek. Usut punya usut ternyata kita bisa sih pesan menu dengan bahan baku bebek yang nggak ada di menu, dengan catatan kita reservasi dulu. Contohnya Fettucini Bebek, atau mungkin Cordon Bleu Bebek.

Menu pertama pilihan saya tentu saja Bebek Peking.  Bebek Peking ini bebek yang waktu diolah ditiupkan udara ke dalam tubuhnya. Usia  juga harus pas yaitu sekitar 5 bulan. Tujuannya supaya kulit bebek mudah lepas dari dagingnya waktu disantap. Bebek peking disini memang benar-benar dari kualitas yang oke punya dan tentu saja melewati proses yang cukup panjang. Mulai dari dibumbui di bagian dalam dan di bagian luar, lalu digantung selama 6-8 jam dan dipanggang selama kurang lebih 40-60 menit di suhu tertentu dalam kondisi tergantung agar lemaknya luruh ke bawah, dengan begitu ini  menjadikan daging bebek peking tidak berlemak. Kerennya lagi, rasa amis yang ada di bebek juga jadi hilang. Kemudian step terakhir bebek digoreng dengan cara menyiram-nyiram minyak mendidih ke bebek yang digantung di atas wajan dengan begitu kulit bebek bisa  renyah namun dagingnya tetap lembut.

Menu bebek peking ini dilengkapi dengan dua macam saus bebek, ada saus hoi sin dan pulm. Nah dua saus punya cita rasa yang berbeda, saus pulm rasanya asam dan sedikit manis sedangkan Hoi sin ini rasanya gurih,, asam dan manis. Oh iya yang baru pertama makan bebek peking jangan kaget ya, memang rasa bebek peking itu sedikit tawar, cita rasanya baru akan keluar kalau kalian sudah cocolkan ke kedua saus tadi, Hoi sin terlebih dahulu baru cocol ke Plum! Yum.

Harumnya khas sekali waktu mendarat di meja saya.  Tentu saja yang saya incar pertama adalah jeng jeng…..kulitnya. Ini benar-benar salah satu dari ribuan jenis makanan yang dapat mengancam persahabatan. Saya sampai berebut dengan teman saya. Rasanya? Jangan tanya. Paduan dari dua inti penting di bebek peking ini memang memberi nikmat. Kulitnya renyah dan garing dan dagingnya yang lembut waktu dikunyah, dan sangat lezat dipadukan 2 saus jagoan tadi! Singkat kata. Cup Cup Cup Yum!

Menu kedua, ini juga sangat mengancam persahabatan, lagi-lagi saya berebut kulit renyah yang ada di Roasted Chicken ini. Kelihatannya memang cara memasaknya tidak jauh berbeda dengan bebek peking tadi. Roasted Chicken ini prosesnya juga mulai dari dibumbui di bagian dalam dan  luar, di rendam selama kurang lebih 50 menit (kalau bebek tadi digantung). Ini juga menu wajib coba di resto ini menurut saya..

Menu ketiga adalah Nasi Goreng Bebek, Saya kehabisan kata-kata untuk menu ini. So far the best Fried Rice i ever taste. Kalau saya semua penjual nasi goreng keliling bisa masak seenak ini mungkin mereka sudah kaya. Dipadukan dengan daging bebek, dan ditemani daging bebek peking. Saya sampai susah menghentikan jari tangan saya mengambil nasi goreng ini. Sampai-sampai nasi putih yang saya pesan jadi mubazir. Saya mungkin akan mengalami kesulitan memutuskan menu Nasi Goreng Bebek ini atau Bebek Peking yang jadi jagoannya.

Eitsss…saya lupa bilang..masih ada Urap Bali hihi. Saya kebetulan waktu itu bersama teman saya yang lahir di Bali. Jadilah saya memesan Urap Bali. Yah saya cukup bingung menjelaskan rasa Urap Bali ini.. Mungkin quote yang saya kutip dari temen saya yang dari Bali ini setelah mencoba Urap Bali ini bisa menggambarkan..

“Jadi kangen sama Bali”

Yah berakhir sudah, malam saya yang menyenangkan di Bebek Plengkung Resto. 4 Menu makan yang saya pesan tadi benar-benar memuaskan saya. Ditambah 2 minuman segar, Orange Squash dan Ginger Squash. Saya sendiri sudah menyiapkan to do list untuk ke depan nanti. Rencana saya ingin mengajak keluarga saya kesini. Yah siapa tahu dengan bimbingan orang tua saya bisa pesan lebih banyak lagi. Hahahaha.

Kesimpulan hari ini adalah, saya merasa beruntung bisa hinggap di Bebek Plengkung Resto, saya sangat menyarankan anda untuk meluangkan waktu dan menuju Jogja Selatan, dan singgah sejenak di Bebek Plengkung Resto ini. Worth to try! (Dadad)

NB: Oh iya saya juga nemu twitternya, ini peta saya comot dari twitternya.. Semoga membantu.



Bebek Peking 1/4 Pax (Cukup untuk 1-3 orang) Rp. 69.000

Nasi Goreng Bebek Rp. 28.000

Roasted Chicken Rp. 55.000

Urap Bali Rp. 16.000





Bebek Plengkung Resto

Jl. Parangtritis Km. 5 No. 364, Pelem Sewu Yogyakarta

Phone : 0274-370013

@BepeResto

Pusat Kuliner dan Kerawanan Pangan oleh Dosen UMY



SOURCE: Komahi UMY
 
Oleh :
Ratih Herningtyas
Dosen Ilmu Hubungan Internasional UMY, mengajar mata kuliah Diplomasi dan Politik Pemerintahan Amerika Serikat

Bisnis kuliner adalah salah satu bisnis yang paling banyak mengalami berkembangan pesat beberapa waktu belakangan ini. Pusat-pusat kuliner baru bermunculan di berbagai tempat. Di kota Jogja misalnya, hampir di sepanjang jalan protokol atau bahkan di sudut-sudut perkampungan bermunculan blok-blok konsumsi baru. Dari yang sekelas warung sampai restoran mewah, bertebaran di mana-mana.

Masyarakatpun semakin dimanjakan dengan tawaran menu beraneka ragam. Fenomena munculnya blok-blok konsumsi ini seolah-olah menggambarkan betapa mudahnya akses masyarakat pada kebutuhan pangan. Tetapi apakah gambaran tersebut benar-benar mencerminkan kondisi ketersediaan pangan kita saat ini?? Benarkah sudah tidak ada persoalan kerawanan pangan di negara kita??

Kerawanan pangan dapat diartikan sebagai kondisi suatu daerah, masyarakat atau rumah tangga yang tingkat ketersediaan dan keamanan pangannya tidak cukup untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan sebagian masyarakat (Anonim, 2001). Dalam hal ini, pangan tidak sebatas beras sebagai sumber pangan utama bagi konsumen, tetapi berbagai sumber pangan yang meliputi diversifikasi pangan sesuai dengan kebiasaan atau budaya masyarakat setempat.

Dari definisi kerawanan pangan tersebut di atas, ada dua kondisi yang dapat dilihat. Pertama, kondisi yang terjadi pada daerah atau wilayah atau rumah tangga yang terganggu ketersediaan pangannya, dan kedua, kondisi lain pada masyarakat atau keluarga yang terganggu kemampuan akses terhadap pangan.

Terdapat dua tipe kerentanan dalam kaitannya dengan ketersediaan pangan. Kerentanan pertama, adalah kerentanan yang ditimbulkan oleh dampak-dampak negatif globalisasi dan perdagangan bebas. Kerentanan ini menimbulkan dampak berupa sulitnya sebuah negara untuk membangun pangan lokal akibat praktek-praktek subsidi yang diterapkan oleh negara maju.

Dampak paling kentara dari kerentanan ini ialah berhentinya kegiatan produksi pangan karena biaya produksi yang lebih tinggi dari pada pendapatan. Akibatnya, pasar pangan lokal didominasi oleh produk pangan impor, dan tentu saja lapangan pekerjaan di sektor pertanian berkurang tajam.

Perubahan iklim menambah satu tipe kerentanan rumah tangga dalam memproduksi pangan, yaitu kerentanan iklim. Kerentanan iklim adalah manifestasi dari perubahan pola cuaca sehingga menimbulkan perubahan kadar air tanah dan kelembaban udara yang diperlukan oleh tanaman pangan. Perubahan siklus serta kadar air tanah dan kelembaban yang ekstrim berpotensi untuk menimbulkan kegagalan panen.

Fenomena cuaca yang disebut La Nina yang menyebabkan banjir dan El Nino yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan merupakan karakter khas dari dampak kerentanan iklim. Ujungnya kerentanan iklim membawa konsekuensi perubahan struktur produksi pangan dan bermuara pada keterbatasan ketersediaan pangan.

Sementara itu kerentanan terkait dengan ketersediaan akses terhadap pangan terkait dengan pola konsumsi yang relatif sama pada antar individu, antar waktu dan antar daerah mengakibatkan adanya masa-masa defisit dan lokasi-lokasi defisit pangan. Sehingga mekanisme-mekanisme pasar dan distribusi pangan antar lokasi dan antar waktu dengan mengandalkan stok akan berpengaruh pada kesetimbangan antara ketersediaan dan konsumsi serta pada harga yang terjadi di pasar.

Faktor harga sangat terkait dengan daya beli rumah tangga terhadap pangan. Sehingga meskipun komoditas pangan tersedia di pasar namun jika harganya tinggi sementara daya beli rumah tangga rendah akan menyebabkan rumah tangga tidak bisa mengaksesnya. Kondisi ini memicu timbulnya kerawanan pangan.

Berdasarkan data SUSENAS yang tertuang dalam Nutrition Map of Indonesia tahun 2007, proporsi penduduk rawan pangan di seluruh propinsi masih di atas 10 % kecuali di Propinsi Sumatra Barat, Bali dan NTB. Jumlah anak balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang di daerah rawan pangan juga masih tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa ketahanan pangan di tingkat nasional atau wilayah tidak selalu berarti bahwa tingkat ketahanan pangan di rumah tangga dan individu juga terpenuhi.

Masalah-masalah distribusi dan mekanisme pasar yang berpengaruh pada harga, daya beli rumahtangga yang berkaitan dengan kemiskinan dan pendapatan rumah tangga, dan tingkat pengetahuan tentang pangan dan gizi sangat berpengaruh pada konsumsi dan kecukupan pangan dan gizi rumah tangga. Dengan demikian fenomena merebaknya blok-blok konsumsi yang termanifestasi dalam munculnya pusat-pusat kuliner tidak dapat serta merta menunjukkan bahwa persoalan kerawanan pangan telah teratasi.

Kunjungi situs situs UMY Yogya yang lain




Seminar Kewirausahaan UMY




Perkembangan bisnis kuliner sedemikian marak dewasa ini. Fenomena ini menjadi sebuah ide sekaligus bacaan menarik bagi para pelaku bisnis. MM UMY sebagai sekolah bisnis yang terdepan dalam mengembangkan potensi inovasi bisnis dengan pendekatan manajemen pikiran bawah sadar menjadikan sukses bisnis kuliner sebagai salah satu bacaan menarik yang disusun dalam sebuah seminar inspiratif. Seminar inspiratif kewirausahaan MM UMY yang berjudul “Sukses Bisnis Kuliner” diselenggarakan pada Sabtu 31 Maret 2012 di Ruang Sidang AR. Fachrudin Unit A Kampus Terpadu UMY dihadiri lebih kurang 150 peserta terdiri atas pelaku bisnis, akademisi dan mahasiswa.

Seminar Kewirausahaan MM UMY ini menghadirkan salah seorang pendiri Bakmie Mbah Mo, Murlidi dan pendiri Waroeng Group, Jody Broto Suseno. Pak Murlidi yang akrab dipanggil Mbak Mo dan sering disebuat sebagai begawan anti marketing ini menjelaskan sejumlah ide-ide yang tidak lumrah dalam menjalankan bisnis dan nyatanya bisnis mbak Mo sukses. Demikian pula Waroeng Groep yang mendesain konsep perusahaan atau warungnya seperti pesantren dan menjalankan konsep-konsep spiritual dalam bisnis. Kedua narasumber meyakini bahwa berbagi dengan pesaing jauh lebih penting daripada mengamati dan mengalahkan pesaing dan kedua narasumber sepakat dalam hal membangun bisnis dengan menghadirkan Allah dan cinta.

Dalam kesimpulannya, Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono menjelaskan bahwa asumsi bisnis, sikap dan perilaku bisnis ala Indonesia sudah selayaknya menjadi subjek sekaligus objek dalam pengembangan kajian bisnis di program-program MM di Indonesia. Sejatinya banyak ilmu-ilmu luar biasa yang telah dijalankan pelaku bisnis lokal dengan basis kearifan setempat. Berkaitan dengan itu, MM UMY berkomitmen untuk mengembangkan kompetensi mahasiswa berbasis pada karakter keIndonesiaan dan nilai-nilai Islam. Sebagai salah satu inovator dalam pembelajaran bisnis, MM UMY mendesain konsep manajemen pikiran bawah sadar (subconscious management) sebagai pembelajaran berbasis karakter dan nilai-nilai Islam dengan memadukan potensi logika rasional empiris dan potensi bawah sadar.



Kunjungi situs situs UMY Yogya yang lain




Tahu Bakar Surfer












Saya berkesempatan mencoba cemilan yang belum pernah saya temukan di tempat lain sebelumnya.  Yak pada hari Rabu saya berkesempatan “sowan” dan icip-icip di outlet baru Tahu Bakar Surfer yang baru buka 14 Februari kemarin. Sebelumnya saya sudah mendengar tentang Tahu Bakar Surfer ini, mereka sebelumnya pernah “buka” di Nitikan. Cuma saya heran waktu itu mereka cuma buka setiap hari Senin.

“Oh, itu cuma buat tes pasar aja kok mas” Mbak Anggi, salah satu owner TBS yang kebetulan menemani saya menjawab rasa penasaran saya. “Jadi dulu kita lagi tes pasar, dan pengen tahu selera konsumen kayak gimana jadi ya cuma buka hari Senin”

Saya masih belum puas, waktu itu saya masih belum ada bayangan cemilan apa yang akan saya makan siang itu. Sampai akhirnya tahu bakar pesanan saya datang. Ada 5 tusuk dengan 4 rasa yang berbeda dan dua isian yang berbeda.
 
“Nah yang ini pake saus Sengigi, yang ini Pancer, yang ini Uluwatu, yang ini  Marosi” Mbak Anggi menjelaskan lagi ke saya yang masih bingung. “Ada dua isian, yang satu original yang satu spicy
                 
Saya merasa nggak asing sama nama saus tahu bakar tadi. Setelah bertanya ke Mbak Anggi akhirnya saya dapat pencerahan lagi. Hahaha saya memang banyak tanya.
                
 “Ini dari mana pantai yang terkenal di kalangan surfer, jadi kita ini hobi surfing tapi ya masih beginner gitu lah” Saya angguk-angguk ngerti. “Dulu dapet ide tahu bakar ini juga dari orang jualan di Pantai Pancer Pacita, jualan tahu yang dibakar dengan saus kecap, disana terkenal lho”
                
 Saya menatap ke 5 tusuk tahu yang minta dimakan kemudian mengambil satu tusuk, hap hap.
               
 “Gimana?” Mbak Anggi bertanya pendapat saya.
                 
“Emaak mbak.. (enak mbak)” Saya buru-buru menjawab mesti sambil mengunyah.”Ini yang di pacitan juga kayak gini mbak?”
                 
“Beda Dad, jadi produk kita ini adaptasi dari sana lalu kita kembangkan lagi, dengan isian”
               
 “Semacam tahu bakso semarang ya, menurutku”Memang benar, tapi ada yang berbeda dari isian ini. Sebelum saya menemukan jawabannya Mbak Anggi udah keburu menjawab.
                 
“Kita pakai isian seafood, cumi sama udang” Oh lagi-lagi saya dikejutkan. Setelah berbincang banyak. Saya juga tahu kalau mereka punya semacam “pabrik” sendiri untuk memproduksi bahan baku tahu bakar ini. Karena produk mereka ini tergolong “unik” dan tidak ada di pasaran. Setiap hari melakukan produksi tahu dan kerennya lagi produk buatan tempat produksi  yang mereka sebut “Hot Kitchen” ini dibuat dari 100% bahan alami dan tanpa bahan pengawet. Wah benar-benar totalitas yang mengejutkan dari sebuah outlet yang terhitung masih baru di Jogja ini.
                
 Tahu bakar saya tinggal satu tusuk. Kesimpulan bodon saya, Saus bakar sengigi ini semacam sambel balado , saus uluwatu semacam sambal kecap , Marosi (favorit saya) saus lada hitam, dan Pancer (favorit saya, mengingatkan kepada siomay) ini saus kacang. Setelah tusuk terakhir habis saya sempat menyesal tidak memesan satu porsi full. Harusnya untuk setiap porsi kita akan dapat 7 tusuk. Tapi karena saya gengsi takut tidak habis saya cuma minta 5 tusuk dengan isi dan porsian yang berbeda. Saya ngerasa kurang pengen nambah lagi, ini kalau buat orang Indonesia ndeso seperti saya mungkin selain jadi cemilan bisa jadi lauk nasi haha.. Namun sayangnya untuk isian tahunya yang spicy dan original saya nggak nemu bedanya. Mungkin karena tertutupi rasa sausnya yang lezat saya jadi lupa kalau ini ada dua varian isi yang beda. Mungkin yang spicy bisa ditambah lagi levelnya pasti banyak yang doyan tuh :P.
                 
Singkat kata, saya sangat merekomendasikan warung ini. Sebuah inovasi jajanan atau cemilan yang unik dan mungkin baru pertama kali ada di Jogja (saya yakin iya). Bisa dinikmati sembari kalian ngobrol-ngobrol sama teman. Kalau kalian sedang lapar sekali mungkin bisa beli dan dimakan dengan nasi di rumah (teteup). YAK, mengutip panggilan sayang Surfman (sebutan admin TBS) kepada followernya, Cobaaaaaaaaaaaiiin Yukkkkkkk Byurrrrrrrrrrrr.


Tahu Bakar Surfer
Outlet : Area Seven Soul arcade, Demangan- Gejayan
Open:  Setiap Hari (jumat libur)
Pukul : 13.00 s/d 21.00 WIB

Twitter                 :  @TahuBakarSurfer
Website: TahuBakarSurfer.com (soon)
Email     : TahuBakarSurfer@yahoo.com
Phone   : +628562909004
Tahu Bakar Surfer, 1 menu disajikan 5 tusuk.
Harga : Rp. 7000.
*extra 1 tusuk varian lain:Rp. 2000 / tusuk
Variasi pilihan saus:
       Pancer : Saus Kacang
       Marosi: Saus Lada Hitam
       Uluwatu: Sambal Kecap
       Senggigi: Balado
Variasi Isi : Original & Hot Spicy

Pesta Sushi Sugoi Tei


















Tanggal 20 saya dapat undangan dari Sugoi Tei Jogja untuk datang ke Sushi Partynya hari Sabtu tanggal 27 Oktober. Tepat sehari setelah Idul Adha. Seperti acara-acara sebelumnya, sushi party Sugoi Tei ini berkonsep all you can eat. Cukup membayar 60ribu dan VOILAAAA... Silahkan makan sushi sepuas-puasnya selama dua jam. Berbeda dengan acara all you can eat yang sebelumnya saya datangi di Sugoi Tei, acara malam ini ruameee sekali dan kontras dengan tanggaln 27 alias akhir bulan. Saya sampai bengong lihat tempat parkir sama isi restoran yang penuh. Mungkin udah pada bosen makan daging kali ya?haha.

Untuk all you can eat ini, pengunjung harus reserve terlebih dahulu sebelum datang,kalau nggak ya siap-siap pulang dengan muka cemberut karena nggak kebagian tempat. Oh iya ngomong-ngomong soal pesen tempat, saya juga hampir aja kehabisan tempat gara-gara telat pesen tapi akhirnya dapat juga sekitar jam 8 malam. Akhirnya saya sampai sekitar jam setengah 8. Sejauh mata memandang, ada sekitar 16 jenis sushi yang siap dinikmati oleh sushi lovers.  Sushi yang disiapkan sebagian besar sudah merupakan fusion sushi kecuali salmon maki dan tuna maki. Ya wajar mengingat nggak semua orang bisa beradaptasi sama nigiri sushi alias sushi yang masih mentah. (Kalau saya sih, apa aja masuk :P). But whatever langsung saya tancap ambil sushi favorit saya, Salmon Maki , Tuna Maki, California Roll dan Tuna Mentai yang ternyata pedes banget. Salmon Maki sama Tuna Maki sendiri berupa nasi yang di roll oleh nori dan diisi daging salmon dan tuna yg masih mentah. Ehehe. Sementara Tuna Mentai, adalah daging tuna yg digoreng setengah matang, dan dilumuri oleh mayones dan entah  apalagi sehingga rasanya jadi pedes.

Karena saya dan teman males bolak-balik kami langsung ambil sebanyak-banyaknya. Yah kalau diitung sekitar 30an. Dikit kan? dikit kan? please bilang dikit!. Kami makan sushi dengan cocolan shoyu yang sudah dicampur wasabi dan pickled ginger. Dan perjuangan kami makan sushi berjumlah 30an ini berakhir sekitar jam 9 malam. Hadeh celana jadi sempit gini ya. Overall all you can eat Sugoi Tei Jogja ini seru banget. Sebuah konsep baru yang jarang ada di Jogja. (masih inget hartz chicken? udah tutup sekarang). Semoga kedepannya Sugoi Tei Jogja ini bakal rajin-rajin bikin acara seperti ini. Yah semoga ke depannya nigiri sushi juga dijadiin menu di all you can eatnya deh.. (ngarep).


Sugoi Tei Jogjakarta ,Japanese Fusion Restaurant
Alamat: Jl. Nologaten 234 A Jogja :: Phone 0274 4533745

Mie Ongklok Bu Renny










Waktu itu saya baru saja dari jalan Kaliurang dan melewati Jalan Gejayan dalam keadaan perut nanggung alias laper tapi nggak pake laper banget (lah piye kuwi?). Kemudian saya melihat di seberang jalan ada sebuah warung yang tidak asing dengan warna khasnya, hijau. Lho? Mie Ongklok Bu Renny ada di Gejayan? Setahu saya warung mie ongklok ini ada di Maguwo. Langsung saya segera memutar menuju warung mie khas wonosobo ini.

Sesampai di sana saya sempat bingung mau duduk di mana, wah penuh banget. Akhirnya saya yang waktu itu sendiri dengan berat hati jadi obat nyamuk mas dan mbak yang sebelumnya duduk berdua. Lalu saya mulai memesan ke bagian kasir yang ternyata digabung juga sama bagian masak-masaknya yaitu ke mas botak yang kata follower kulineryogya mirip Vin Diesel KW 29. (Ciyus?) Saya melihat ke menu yang dipasang di warung. Selain Mie Ongklok ternyata ada Bakso dan Mie Ayam Pangsit kemudian Enthok Lombok Ijo. Tentu saja saya pesen Mie Ongklok beserta soulmatenya, Sate Sapi, separuh porsi . (ini buat saya cemilan). Untuk minum saya memilih salah satu minuman dari buah favorit saya, Carica. Pepaya khas Wonosobo.

Akhirnya sekitar 10 menit kemudian, pesanan saya datang. Masuk akal mengingat ramenya warung. Pertama-tama Es Carica dan kemudian Mie Ongklok dan Sate Sapi. Mie Ongkloknya sendiri ditaburi oleh koya yg gurih, kuahnya juga kental khas Mie Ongklok. Buat saya ini lebih dari cukup lah mengobati kekangenan mie ongklok khas Wonosobo. Sate Sapinya sangat empuk dilumuri oleh saus kacang yg maknyus rasanya. Membuat saya ingin menghabiskan sampai piring bersih. Tidak ketinggalan Es Carica yang tentu saja menjadi penutup sekaligus pencuci mulut setelah makan Mie Ongklok dan Sate Sapi.

Singkat kata, malam itu perut saya sudah tidak meronta-ronta lagi. Harga di warung ini juga cukup reasonable, Rp.5000 untuk seporsi Mie Ongklok, 7500 untuk setengah porsi sate sapi dan 9000 untuk es Carica, yg sekalengnya bisa 12ribu. Pelayanan juga ramah. Oh iya, kalau masih belum kenyang, silahkan ngemil Tempe Kemul, satu tempe dihargai 1500. Kalau pengen nyoba menu lain, masih ada Nasi Enthok Lombok ijo sama Jus Carica (Sumpah saya penasaran sama ini). Next time mungkin.

Mie Ongklok Bu Renny, Jl.Affandi/Gejayan, utara Bakso Pak Narto.